BONE, KABARBONE.COM – Harga gabah di tingkat petani di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, anjlok tajam di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan Rp 6.500/kg.
Jika di awal panen raya Agustus 2025 harga gabah sempat menembus Rp 7.200/kg, kini pada awal September merosot menjadi Rp 6.000/kg.
Kondisi ini membuat petani dan pengusaha penggilingan padi sama-sama terpukul.
Anca, petani asal Kecamatan Cenrana, mengaku sempat menjual gabah di atas Rp 7.000/kg. Namun, harga tiba-tiba terjun bebas.
“Saat harga beras naik, gabah juga sempat tinggi. Tapi sekarang turun jadi Rp 6.000. Tentu banyak petani yang merugi, apalagi banyak gagal panen” ujarnya, Ahad (7/9/2025).
Hal serupa dialami Ruslan, petani Cenrana lainnya. Ia mengungkapkan panennya juga gagal akibat serangan hama ulat.
“Biasanya bisa panen 100-200 karung, kemarin hanya 50 karung. Sudah hasil berkurang, harga jatuh pula,” keluhnya.
Sementara Mawardi, petani asal Kecamatan Salomekko, menyoroti potongan pembelian dari pedagang.
“Selain Rp 6.000/kg, dipotong lagi 2 kg per karung. Kami bingung apakah Bulog tidak lagi beli gabah dari petani,” katanya.
Di sisi lain, pengusaha penggilingan lokal juga ikut terjepit. Sahlan, salah satu pengusaha Bone, menyebut anjloknya harga gabah dipicu kebijakan Bulog yang tidak lagi melanjutkan kerja sama maklon dengan pengusaha lokal.
“Bulog sekarang banjir stok beras di gudang, lalu operasi pasar dengan harga subsidi Rp 12.000/kg. Sementara pengusaha tidak bisa jual di harga segitu karena biaya operasional tinggi. Akhirnya, kami terpaksa membeli gabah di bawah HPP,” jelasnya.
Kondisi ini membuat rantai usaha pertanian di Bone serba sulit
Petani merugi akibat harga dan serangan hama, pengusaha lokal tidak mampu bersaing, sementara pasar dikuasai beras Bulog yang murah. (*)