Pemilu 2024

Tiga Tokoh Sentral Pemkab Bone Mulai Adu Pengaruh Jelang Pemilu 2024, Kemana Arah Birokrasi Berlabuh?

2159
×

Tiga Tokoh Sentral Pemkab Bone Mulai Adu Pengaruh Jelang Pemilu 2024, Kemana Arah Birokrasi Berlabuh?

Sebarkan artikel ini

KABARBONE.COM, WATAMPONE – Tahun politik menjelang Pemilu dan Pilkada tahun 2024, tiga tokoh sentral di Pemerintahan Kabupaten Bone yakni Bupati Bone Andi Fahsar Mahdin Padjalangi, Wakil Bupati Bone Ambo Dalle dan Sekda Bone Andi Islamuddin nampak mulai adu kekuatan dan pengaruh.

Meski ketiganya masih terlihat masih harmonis dalam menjalankan roda pemerintahan, namun aroma persaingan ini mulai kental terlihat menjelang masa pemerintahan Andi Fahsar dan Ambo Dalle berakhir September tahun ini.

Bahkan keterbelahan di tubuh birokrasi mulai nampak terlihat diujung pemerintahan Tafaddal jilid 2 ini, apalagi setelah Ambo Dalle hengkang dari Golkar dan pindah ke PPP.

Diketahui Pemilu 2024 yakni Pemilihan Legislatif (Pileg) akan menjadi ajang pemanasan untuk masing-masing ketiga tokoh ini untuk menunjukkan kekuatannya dan keberlanjutan dinastinya.

Keluarga Padjalangi sendiri ada 5 keterwakilan yang bakal baju di Pemilu 2024. Andi Fahsar diketahui akan melaju di Pileg DPR RI Dapil Sulsel 2 setelah menjabat 2 periode sebagai Bupati Bone. ia akan bersaing dengan keponakannya sendiri yakni Andi Rio Idris Padjalangi yang kini duduk di Komisi 3 DPR RI melalui Partai Golkar.

Saudara kandung Andi Fahsar yakni Andi Yaqkin Padjalangi juga diketahui kembali maju ke DPD RI setelah gagal masuk senayang pada Pileg DPR RI 2019 lalu melalui partai Moncong Putih PDIP dan keponakan Bupati Bone Andi Baso Ryad Padjalangi yang juga Ketua Fraksi Golkar DPRD Bone kembali akan maju di Dapil 1 Bone.

Selain itu Andi Izman Padjalangi yang juga anak Bupati Bone Andi Fahsar juga kembali akan bertarung di perebutan kursi DPRD Provinsi Sulsel Dapil 7 Bone melalui partai Golkar untuk periode keduanya.

Andi Izman akan bersaing dengan Wakil Bupati Bone Ambo Dalle yang juga maju Caleg DPRD Provinsi Sulsel Dapil 7 Bone melalui Partai PPP dan anak sulung Sekda Bone Andi Tenriabeng Salangketo yang juga maju Caleg DPRD Provinsi Sulsel melalui Partai Gerindra.

Baca Juga  PORKAB Bone 2024 Resmi Ditutup, Ini Kecamatan yang Raih Juara Umum 1

Selain itu adik kandung Sekda Bone yakni Andi Akhiruddin yang kini duduk Komisi IV DPRD Bone kembali akan maju diperiode keduanya melalui Dapil 5 Bone melalui partai PDIP dan Ade Ferry Afrizal yang juga anak Wakil Bupati Bone Ambo Dalle juga kembali akan maju diperiode keduanya di Dapil 1 Bone melalui Partai Golkar

Persaingan Golkar, PPP, Gerindra, PDIP di Pemilu 2024 diketahui bakal sengit karena ditopang oleh tiga tokoh sentral Pemerintahan Bone. Bahkan dominasi Golkar di Bone diprediksi bakal tergusur disebabkan sejumlah pentolan Golkar hengkang di ujung kekuasaan Andi Fahsar.

Suara ASN, ASN-P3K dan honorer lingkup Pemkab Bone yang jumlahnya puluhan ribu dipastikan akan menjadi rebutan pengaruh oleh ketiga tokoh sentral ini untuk mendongkrak elektoral.

Diketahui basis suara pegawai berada di dua kubu organisasi yakni PGRI yang dinahkodai Wakil Bupati Bone Ambo Dalle dan KORPRI yang dinahkodai Sekda Bone Andi Islamuddin.

Hasil Pileg 2024 memungkinkan akan menjadi ajang barometer untuk mengukur seberapa besar pengaruh ketiga tokoh ini untuk melanjutkan dominasi pemerintahan di Kabupaten Bone.

Pengamat Politik dari IAIN Bone Dr. Aksi Hamzah yang dihubungi kabarbone.com, memaparkan bahwa persaingan dalam dunia politik adalah keniscayaan. Kata dia persaingan dalam kontestasi politik di Indonesia 2024 secara garis besar ada dua yakni persaingan internal dan eksternal.

“Menilik pesta politik dalam konteks persaingan bisa dilihat dalam dua kondisi tersebut. Semisal caleg DPR RI dari partai Golkar. Secara internal akan terjadi persaingan dalam konteks lokal Bone antara, A. Rio, A. Baso Fahsar, dan A. Nurdin Halid. Ini menarik karena ketiganya merupakan rumpun keluarga dengan sumber suara yg sama. Dari sisi pengalaman bertarung, A. Rio memiliki kans yang besar. 3 periode dia tunjukkan kepiawaiannya dalam memenangkan pertarungan. Baik didukung oleh birokrasi maupun tidak (baca: masa A. Idris Galigo dan A. Baso Fahsar),” ungkap Aksi Hamzah kepada kabarbone.com, Rabu (26/7/2023)

Baca Juga  Debat Publik, BerAmal Tanya Tunggakan TPP ASN, Paslon Tegak Lurus Malah Serang Mantan Bupati Bone 

Mantan Ketua KPU Bone Dua Periode ini lanjut menjelaskan, A. Baso Fahsar juga punya pengalaman menjadi bupati dua periode tentu ini adalah modal besar untuk meraih suara.
Lanjut dia mengatakan begitu juga dengan A. Nurdin Halid yang punya pengalaman menjadi calon gubernur dengan perolehan suara yang cukup signifikan di Bone.

“Mahfum dalam dunia politik, pengalaman tidaklah cukup untuk memenangkan pertarungan. Dibutuhkan variabel lain. Diantaranya, masalah amunisi dan kekuatan jaringan. Masyarakat sudah bisa menilai dg pendekatan pengalaman, amunisi dan jaringan,” jelasnya.

Aksi lanjut menuturkan adapun persaingan eksternal tidaklah terlalu penting untuk dibahas, karena persaingan eksternal tidak signifikan mempengaruhi posisi kursi di DPR.

“Adapun terkait dengan implikasi persaingan politik dengan pelayanan publik tentu akan memiliki dampak yg buruk. Itulah salah satu sisi buruk wajah demokrasi kita hari ini. Disatu sisi ada kewajiban untuk memaksimalkan pelayanan publik, dilain sisi, keberlangsungan dan kontinuitas kekuasaan memiliki daya tarik yang menjanjikan,” katanya.

Dalam konteks ini kata Ia, bagi pemegang kekuasaan tentu akan memanfaatkan situasi ini untuk melanggengkan kekuasaannya. Itulah kemudian fungsi Bawaslu untuk mengawal dan memastikan agar tidak terjadi kondisi seperti ini.

“Kurang tepatlah untuk mendiskusikan apalagi memperdebatkan siapa yg salah dan benar dalam dunia politik. Cukuplah dibuatkan regulasi dan mengawal pelaksanaannya. Sepanjang tidak terjadi pelanggaran regulasi maka diskusi kita tentang persaingan dalam dunia politik menjadi tidak berarti,” ungkapnya lagi.

“Ada simbiosis mutualisme yang dibangun dalam dunia politik. Inilah sudut pandang yang bisa menyambung benang merahnya. Politisi memanfaatkan organisasi, sementara organisasi butuh dukungan dan support politik agar bisa tetap eksis. Politisi memanfaatkan birokrasinya dalam meraih suara, sementara birokrat butuh dukungan politik untuk keberlangsungan karir dan kekuasaannya. Politisi memanfaatkan kepala desa untuk meraih suara, sementara kepala desa butuh bantuan politik dalam memperoleh dana pembangunan,” tambahnya.

Baca Juga  Beda Dukungan dengan Partai, Eko Wahyudi Ikuti Jejak Ambo Dalle

Aksi juga mengingatkan agar Pemilu 2024 ke depan, agar para tokoh dapat berpolitik secara santun, dan tidak menghalalkan segala cara yang bisa merusak tatanan demokrasi khususnya di Bone.

“Ketika simbiosis ini bertemu di sanalah kata kunci kemenangan akan tercipta. Dari sini pula pelanggaran akan bermula, money politik berkembang biak, politisi busuk dan pemilih busuk akan berkolaborasi. Saat ini mendominasi maka tunggulah kehancuran. Wamakaru wamakarallah Wallahu Khairul makirin. (Mereka membuat makar/tipu daya, dan Allah juga membuat tipu daya. Dan Allah adalah Sebaik-baik pembuat tipu daya,” kuncinya. (dy)