OPINI

Aktualisasi Nilai Falsafah Bugis ; Getteng, Lempu Na Ada Tongeng dalam Pembentukan Karakter Anti Korupsi

308
×

Aktualisasi Nilai Falsafah Bugis ; Getteng, Lempu Na Ada Tongeng dalam Pembentukan Karakter Anti Korupsi

Sebarkan artikel ini

Indonesia sebagai Negara Hukum, nampaknya belum dapat terlepas dari perilaku-perilaku koruptif. Hal ini dikuatkan dengan masih maraknya praktek korupsi diberbagai sektoral yang dilakukan baik secara perorangan maupun secara kelompok dan bahkan tidak sedikit pelakunya adalah pejabat tinggi Pemerintahan.

Hal ini membuktikan bahwa Kesadaran akan Perilaku Anti Korupsi di Negeri ini masih minim. Oleh karnanya itu, Perlu upaya ataupun Tindakan konkrit dalam membentuk generasi yang Anti Korupsi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melalui aktualisasi Nilai Falsafah Bugis ; Getteng, Lempu, Na Ada Tongeng.

Terbentuknya sikap Anti Korupsi merupakan suatu hal yang tidak lepas dari keyakinan individu terhadap budaya lokal terkhususnya falsafah yang dimiliki asal daerahnya. Budaya lokal merupakan hal fundamental yang sejak lahir melekat dalam diri setiap individu sebagai sebuah landasan norman-norma berperilaku di kehidupan bermasyarakat.

Budaya pada dasarnya adalah warisan ajaran hidup yang disampaikan oleh para pendahulu suatu suku atau bangsa bagi penerusnya. Warisan ajaran hidup itu melalui berbagai karya, di antara karya tersebut berbentuk tertulis, karya seni tulis, seni lantun, dan sebagainya.

Bangsa Bugis dikenal sebagai penganut adat-istiadat yang kental dan kuat. Salah satu falsafah Bugis yang kesohor dan masih dianut sampai saat ini, yaitu Getteng, Lempu, Ada Tongeng. Falsafah atau pandangan hidup tersebut merupakan sikap batin paling mendasar yang dimiliki oleh orang Bugis.

“Getteng”

Getteng adalah sebagai sesuatu yang tegas dan konsisten,yaitu tindakan yang tidak samar-samar dan bimbang. Hal ini dimaknai sebagai sikap yang berani dan percaya diri, mengungkapkan apa yang benar dan apa yang salah.

Secara jelas, nyata dan meyakinkan apa yang diinginkan dan apa yang tidak diinginan. Jika salah dikatakan salah, jika benar dikatakan benar tanpa memandang kondisi atau kepada siapa hal tersebut diutarakan.

Dalam Aktualisasi Pembentukan Karakter Anti Korupsi, Nilai Getteng dapat dimaknai sebagai sikap tegas dalam mengambil keputusan, teguh pendirian, tabah, dan tahan terhadap godaan.

Getteng ditunjang dengan Asitinajang (asas kewajaran), yakni arif, bijaksana, dan adil dalam bertindak.

“Lempu”

Lempu adalah sesuatu prilaku yang lurus, dalam artian mengakui, berkata, atau pun memberi suatu informasi yang sesuai kenyataan. Lempu lawan kata Belle-Pabbelleng atau bohong yang artinya berkata atau memberi informasi yang tidak sesuai dengan kebenaran.

Oleh karena itu, Lempu merupakan sikap seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu atau pun fenomena tertentu dan menceritakan kejadian tersebut tanpa ada perubahan dan modifikasi sedikit pun atau benar-benar sesuai dengan realita yang terjadi.

Dalam Aktualisasi pembentukan karakter Anti Korupsi, Nilai Lempu dapat dimaknai sebagai sikap jujur, taat asas; Acca: pintar, cerdik, cendikia, dan kreatif; yang didukung oleh Reso, yakni usaha, ikhtiar dalam mencapai suatu tujuan.

Sikap Lempu merupakan apa yang keluar dari dalam hati nurani setiap manusia dan bukan merupakan apa yang keluar dari hasil pemikiran yang melibatkan otak dan hawa nafsu belaka melainkan hasil proses ininnawa (renungan hati yang dalam).

“Ada Tongeng”

Ada Tongeng, berhubungan dengan ucapan yaitu mengatakan yang benar, tidak bohong, tidak ada ucapan rekayasa. Seseorang tidak mungkin berprilaku jujur tanpa disertai Ada Tongeng. Demikian pula tidak mungkin bersifat tegas dan konsekuen (getteng) tanpa dibangun dengan Lempu dan Ada Tongeng.

Dalam Aktualisasi Pembentukan Karakter Generasi yang Anti Korupsi, Nilai Ada Tongeng dapat dimaknai sebagai sikap jujur dalam mengemban Amanah. Dan tentunya Nilai Ada Tongeng ini akan membentuk kesadaran generasi akan pentinya perilaku dengan mengedepankan nilai-nilai lokalitas yanga ada.

Apalagi Budaya modernitas sekarang ini telah banyak meluluhlantahkan kearifan lokal yang menjadi warisan nenek moyang , bukan hanya itu krisis kemanusiaan yang melanda dunia global adalah merupakan wujud nyata dari efek yang ditimbulkannya dan di setiap sektor kehidupan yang ada.

Indonesia sebagai negara yang Multikultural tentunya tidak dapat dipisahkan oleh nilai budaya dan lokalitas yang ada yang muncul sebagai Identitas sebuah Bangsa. Sehingga penting bagi kita semua untuk senantiasa memahami Nilai-nilai itu sebagai sebuah Identitas diri dan sebagai Nilai yang membentuk karakter kita sebagai sebuah Bangsa.

Kreator: Taufiqurrahman

(Ketua SAPMA-PP Kab. Bone / Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Bone)

Tinggalkan Balasan