KABARBONE.COM, TELLU SIATTINGE – Ribuan warga memadati Lapangan Sepak Bola H Sahibu Desa Mattoanging, Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone, Sulsel Ahad (18/12/2022) kemarin.
Tua muda, laki-laki perempuan tumpah ruah, rela berjemur diterik matahari, berdesak-desakan untuk mengambil posisi saf terdepan untuk menyaksikan secara langsung pesta rakyat yang dikenal isitilah “Massempe”.
Kegiatan ini berlangsung sekitar Pukul 12.30 dan berakhir pukul 15.30 Wita, Ahad kemarin.
Massempe sendiri merupakan permainan tradisional warisan budaya orang Bugis Bone yang masih terpeliraha di sejumlah desa di Bone, salah satunya di Desa Mattoanging ini yang masih terpelihara selama ratusan tahun secara turun temurun hingga hari ini.
Massempe adalah permainan adu kekuatan kaki kaum adam satu lawan satu, yang dimulai dari “Mappale” (berjalan mengelilingi lapangan mencari lawan tanding), dan ditengarai oleh “Pattalalang” atau orang yang menjadi wasit ketika dua orang siap Massempe.
Pattalalang umumnya berjumlah dua orang atau lebih. Tugasnya melerai peserta Passempe (orang yang beradu), ketika melanggar aturan yang telah disepakati seperti menggunakan tangan).
Dalam kegiatan ini, tidak ada pemenang atau kalah, ini murni adalah hiburan rakyat untuk memupuk persaudaraan dan pelestraian terhadap budaya.
Hal ini dijelaskan oleh Tokoh Masyarakat Desa Mattoanging, HM Darwis.
“Terkait kapan kegiatan ini dimulai, itu sudah berlangsung lama dan memang sudah menjadi tradisi warga dan ini menjadi agenda resmi pemerintah desa setiap tahun bersama masyarakat. Biasanya dilaksanakan setelah panen padi usai. Semasa Kades H Sahibu (Almarhum,red) memang sudah dilaksanakan secara meriah,” ungkapnya kepada kabarbone.com, Ahad (18/12).
Kata Dia, kegiatan dilaksanakan setelah diadakan musyawarah antara pemerintah desa dan tokoh masyarakat setempat untuk pembentukan panitia.
Salah satu yang disepakati selain hari H kegiatan, juga iuran warga setiap rumah untuk biaya kegiatan, utamanya pembelian kerbau.
“Kegiatan ini dibiayai secara swadaya oleh masyarakat. Kenapa kerbau karena itu sudah tradisi sejak dulu. Ini salah satu bentuk kesyukuran kita kepada Allah SWT atas limpahan panen masyarakat,”tambahnya.
Lanjut dia, Tradisi Massempe juga menjadi ajang untuk bersilaturahim, warga Desa Mattoanging yang ada di tanah rantauan.
“Hampir setiap momen ini, sebagian besar warga rantauan di desa kami, pulang kampung melepas rindu bersama keluarganya. Baik yang di Jakarta, Malaysia, Luwu, Kolaka dan daerah lain selalu menunggu momen ini untuk pulang kampung,” jelasnya.
“Dulu, 1 minggu sebelum kegiatan Massempe keluarga jauh sudah berdatangan sehingga memang selalu ramai. Karena sekarang sudah bagus transportasi, biasanya 1 hari sebelum hari H sudah berkumpul keluarga dari rantauan atau keluarga yang tinggal di desa sebelah,” ungkapnya lagi.
Kegiatan ini juga dihadiri Camat Tellu Siattinge Andi Kusayyeng, Kapolsek Tellu Siattinge dan Danramil Tellu Siattinge dan Kepala Desa Mattoanging Sudarman Raman.
Setelah kegiatan Massempe biasanya dilanjutkan dengan Mappere (berayun) dengan ayunan besar terbuat dari pohon kawu-kawu (bahasa bugis,red). (dy)