Scroll untuk baca artikel
OPINI

Bela Negara dan Cinta Tanah Air Dalam Islam

932
×

Bela Negara dan Cinta Tanah Air Dalam Islam

Sebarkan artikel ini
Dr. H. Lukman Arake, Lc.
Dr. H. Lukman Arake, Lc. (Dosen Pasca Sarjana IAIN Bone)

Penulis : Dr. H. Lukman Arake, Lc

(Dosen  Pasca Sarjana IAIN Bone / DirekturPondok  Pesantren Al – Ikhlas  Ujung Bone)

Imam Addinawari dalan karya monumentalnya ALMUJALASAH WAJAWAHIRUL ILMI menyebutkan slogan: “Jikalau engkau ingin tahu seorang lelaki yang sesungguhnya maka lihatlah sejauhmana ia mencintai tanah airnya”.

Imam Fakhruddin Arrazi ketika menafsirkan ayat 66 surat annisa’, beliau mengatakan: Allah menyamakan antara meninggalkan kampung halaman dengan membunuh diri sendiri.

Menurutnya, seakan akan Allah memberikan dua pilihan kepada manusia yang sangat sulit dilakukan yakni bunuh diri dan meninggalkan kampung halaman.

Sedihnya meninggalkan kampung halaman sama sakitnya dengan bunuh diri. Semua itu menandakan bahwa cinta tanah air begitu dalam pengaruhnya terhadap diri setiap manusia.

Imam Bukhari meriwayatkan satu hadis bahwa: Nabi dalam setiap kembali dari perjalanan keluar kota, ketika ia sudah melihat dinding dinding kota Madinah, beliau menghentikan sejenak untanya, dan jika beliau sedang di atas unta maka ia pun menggerakkannya sebagai tanda hormat dan cintanya kepada Madinah.

Bahkan Nabi juga pernah menyatakan: Sesungguhnya tanah yang paling aku cintai adalah tanah Mekkah. Seandainya saja bukan pendudukmu yang memaksaku keluar meninggalkanmu maka aku tidak akan meninggalkanmu.

Dalam riwayat lain: Aku tidak akan pernah memilih tinggal di tempat lain selainmu (Makkah). Karenanya, cinta tanah air merupakan bagian dari kehidupan Nabi.

Imam Ibrahim bin Adham pernah mengatakan: Aku tidak meninggalkan seauatu yang begitu berat bagiku melebihi meninggalkan kampung halaman.

Bangsa ini sedang merayakan HUT nya yang ke- 75 tahun, hal tersebut adalah moment untuk menyatakan rasa syukur atas nikmat kemerdekaan yang telah diraih oleh para pejuang dan pemberani anak bangsa ini. Mereka adalah para pahlawan, pejuang dan pendiri bangsa ini yang patut kita hargai, hormati dan bahkan doakan. Kepada merekalah semua kita berterima kasih.

Bukankah nabi mengajarkan bahwa:”barang siapa yang telah melakukan kebajikan kepamu maka balaslah, dan jika kamu tidak mampu maka doakanlah mereka,”.

Nabi juga menyatakan: ” Barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada sesama, maka sesungguhnya ia tidak berterima kasih kepada Allah”.

Sebagai generasi penikmat perjuangan dan sebagai anak bangsa, memiliki tanggung jawab besar untuk merawat, memelihara, dan menjaga NKRI ini agar tetap bisa berdiri kokoh di atas kakinya sendiri.

Biarkan NKRI ini mengibarkan bendera merah putihnya sebagai lambang kemerdekaan untuk menghapus segala bentuk penjajahan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan keadilan.

Cukuplah bangsa ini telah menderita lebih 300 tahun, dan telah mengorbankan semua yg dimilikinya, tidak hanya berupa harta, tetapi juga jiwa dan raganya ia persembahkan demi cita cita mulia yakni menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat dan terhormat di mata bangsa lain.

Penghargaan kepada para pasukan bela negara, dan penghormatan kepada para pemberani harus senantiasa digaungkan, paling tidak, hormat kepada sang merah putih telah menjadi bagian dari penghormatan kepada para pemberani itu.

Sungguh mereka telah hidup secara mulia, dan mati terhormat dengan tusukan pisau tajam dan peluru senapan. Benar kata orang bijak:
ان لم تمت بالسيف تموت بغيره.. تنوعت الاسباب والموت واحد…
Jika engkau tidak mati karena pedang, maka engkau akan mati dengan cara yang lain. Kematian beragam sebabnya, tetapi mati hanya satu. Sekali merdeka tetap merdeka. DIRGAHAYU RI KE-75.

Baca Juga  HUT Kemerdekaan RI ke-77, Kalla Toyota Bone Gelar Berbagai Lomba

Tinggalkan Balasan