KABARBONE.COM, LUWU UTARA – Banjir bandang yang terjadi akibat meluapnya 3 sungai di Luwu Utara yakni Sungai Rongkong di Kecamatan Sabbang, Sungai Meli di Kecamatan Baebunta dan Sungai Masamba di Masamba menyebabkan jatuhnya puluhan korban jiwa.
Kepala Seksi Operasi Kantor Basarnas Makassar Rizal mengatakan, korban banjir bandang meninggal dunia di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, hingga Senin 20 Juli 2020, pagi sudah ditemukan 38 orang.
“Hingga Senin 20 Juli 2020 pagi, tim gabungan Basarnas telah menemukan jenazah korban sebanyak 38 orang, setelah tim gabungan menemukan 2 orang di Desa Pombakka, Kecamatan Malangke Barat berjenis kelamin perempuan yang diperkirakan berumur 23 tahun, sementara korban satunya berjenis kelamin laki-laki di Sungai Masamba Kelurahan Bone Tua,” kata Rizal dilansir dari kompas.com
Menurut Rizal, kedua korban yang ditemukan pada Minggu 19 Juli 2020 kemarin, belum teridentifikasi.
“Setelah menemukan dua korban meninggal, keduanya belum teridentifikasi dan dibawa ke TIM DVI Polda Sulawesi Selatan di Rumah Sakit Umum Hikmah Masamba untuk diidentifikasi,” ucap Rizal.
Hingga kini, jumlah korban yang belum ditemukan sesuai laporan warga atas kehilangan keluarganya mencapai 11 orang. Tim SAR gabungan akan terus melakukan pencarian korban selanjutnya di beberapa titik, pada Senin ini.
“Pencarian dilanjutkan pagi ini di Desa Pombakka Kecamatan Malangke Barat lokasi ditemukannya korban kemarin, kemudian di daerah Inkor disini kami akan mencari di pesisir sungai kemudian melanjutkan ke sekitar jembatan Salu Tuara disini difokuskan karena banyak ditemukan tumpukan-tumpukan kayu yang kemungkinan besar menjadi tempat untuk menahan pergerakan korban dari Masamba ke muara sungai,” ujar Rizal.
Korban banjir yang meninggal dunia dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Hikmah Banjir Luwu Utara yang terjadi akibat meluapnya tiga sungai yakni Sungai Rongkong di Kecamatan Sabbang, Sungai Meli di Radda Kecamatan Baebunta dan Sungai Masamba di Kecamatan Masamba, menurut Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, disebabkan faktor cuaca iklim yakni curah hujan tinggi.
“Daerah Aliran Sungai yang ada di Luwu Utara kalau dilihat dari kondisi air setiap hari di atas itu sangat terjaga, cuma memang hasil analisa melihat bahwa ada satu masalah di hulu dengan kelerengan yang curam tidak didukung dengan agregat tanah yang kompak,” ucap Nurdin.
Nurdin menyebut, dengan kondisi itu, bisa dilihat bahwa tanah itu daya ikatnya sangat rendah dan lempung berpasir.
“Dukungan yang sangat besar adalah curah hujan, tiga hari berturut-turut tanpa henti curah hujannya antara 100 hingga 200 mm, jadi memang sangat tinggi, sehingga ini adalah pelajaran bagi kita semua. Yang harus dilakukan adalah normalisasi sungai, yang kedua harus kita memikirkan masyarakat yang hidup di bantaran sungai, yang ketiga aktivitas yang ada di atas hulu harus dievaluasi,” jelas Nurdin. (dy)