KABARBONE.COM, SURABAYA – Sempat disebut sebagai zona ‘hitam’, Surabaya menjadi salah satu kota di Indonesia dengan kasus Virus Corona (COVID-19) yang tinggi. Beberapa faktor turut mempengaruhi tingginya jumlah kasus, termasuk persepsi warga.
Baru-baru ini, LaporCovid-19.org dan Social Resilience Lab NTU melakukan survei terhadap persepsi risiko warga Surabaya terkait COVID-19. Dalam survei yang melibatkan 2.825 responden antara 19 Juni hingga 10 Juli 2020 tersebut, sebanyak 40 persen warga Surabaya percaya bahwa kecil kemungkinannya untuk tertular virus Corona di tempat ibadah.
“Persepsi risiko yang paling rendah itu adalah tempat ibadah. Jadi ada sekitar 40 persen yang mengatakan bahwa kemungkinan sangat kecil dan kecil untuk terkena COVID-19 ketika di tempat ibadah,” kata Sulfikar Amir, associate professor sosiologi kebencanaan dari Nanyang Technological University Singapura, Kamis 16 Juni 2020 dilansir dari detik.com.
Hal ini justru berbanding jauh dengan persepsi mereka tidak akan tertular virus Corona jika berada di pusat perbelanjaan (27 persen), kantor dan sekolah (33 persen), acara hajatan (23 persen), dan transportasi umum (21 persen).
Menurut Sulfikar, perlu ada penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab warga Surabaya merasa kecil kemungkinannya untuk tertular virus Corona di tempat ibadah.
“Hipotesa saya sih ada kaitannya dengan masalah spiritual bahwa tentu ada kekuatan-kekuatan spiritual yang melindungi mereka,” jelas Sulfikar.
“Jadi mereka merasa aman, sehingga ketika mereka ke masjid, gereja, atau ke pura mereka merasa dilindungi. Jadi ada kondisi-kondisi psikospiritual yang mempengaruhi risiko mereka terhadap tempat ibadah,” tuturnya. (dy)